Metronusantaranews.com, Kolaka Timur – Angka Stunting di Kabupaten Kolaka Timur Sulawesi Tenggara naik 0,7 persen berdasarkan rilis hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 oleh kementerian kesehatan RI, Rabu (22/2/23)
Diketahui, data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 lalu, angka prevalensi Stunting Kabupaten Kolaka Timur sebesar 23 persen sekaligus menempati posisi angka stunting terendah di 17 Kabupaten/Kota di Sulawesi tenggara
Sedangkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 yang dirilis oleh kementerian Kesehatan RI bertepatan dengan Hari Gizi Nasional (HGN) pada Januri 2023 lalu, Kolaka Timur menempati posisi ke 4 terendah dari 17 Kabupaten/Kota
Meski mengalami kenaikan angka stunting sebesar 0,7 persen versi hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), namun Pemerintah Daerah Kolaka Timur tetap berkomitmen akan terus menekan angka Stunting dengan mengintervensi diberbagai sector, baik di sector kesehatan ibu, bayi dan balita maupun disektor lainnya dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting khususnya di Kolaka Timur
Plt Bupati Kolaka Timur, abdul Azis, SH., MH saat diminta keterangannya usai melaksanakan Musyawarah Rennaca Pembangunan (Musrenbang) Tingkat Kecamatan Ueesi beberapa waktu lalu, ia menyampaikan komitmennya dalam mengintervensi stunting dengan memberikan asupan gizi masyarakat di kabupaten Kolaka Timur
“langkah yang kita lakukan dengan dinas terkait adalah dengan memberikan bantuan asupan gizi kepada masyarakat kita dan pemanfaatan lahan-lahan pekarangan yang ada disekitar rumah warga” jelasnya
Orang nomor satu di Kolaka Timur ini juga menghimbau kepada seluruh masyarakat yang ada di desa bahwa kedepannya kita akan memberikan bantuan baik semacam bibit termasuk dengan asupan gizi, sehingga kita bisa menekan percepatan penurunan angka stunting di Kolaka Timur
“Kedepannya, Pemda Kolaka Timur menargetkan angka stunting terendah untuk skala nasional” Harapnya
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kolaka Timur, Indarwati juga menambahkan ada beberapa factor yang mengakibatkan stunting, tentunya kita harus mengetahui lebih awal bahwa stunting itu bukan penyakit keturunan melainkan gisi buruk, sehingga di ketahanan pangan, bagaimana menjaga ketersediaan distribusi dan konsumsi pangan itu sendiri
“program-program yang telah kami lakukan untuk menunjang percepatan penurunan stunting di Kolaka Timur adalah bagaimana pemanfaatan pekarangan rumah masyarakat dengan menanam aneka buah-buahan dan sayur-sayuran dalam rangka memenuhi konsumsi pangan” ungkapnya
Ia juga menyebutkan bahwa Program kedepannya kita akan membangun kampung B2SA atau makanan yang beragam, bergizi, beriman dan aman dari residu-residu beracun
Selain itu, salah satu strategi untuk mempercepat penurunan angka stunting khususnya di Kolaka Timur adalah bagaimana masyarakat ini di berikan edukasi secara terus menerus terkait lingkungan yang sehat
“banyaknya anak-anak kita yang terkena stunting biasanya disebabkan karena debu dan tidak sehat dalam keluarga” uajrnya
Dan selanjutnya terkait dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Jika ekonomi masyarakatnya baik, maka pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat terpenuhi. Misalnya balita membutuhkan susu dan protein tentu dengan ekonomi yang baik dapat memenuhi apa yang dibutuhkan tubuh
“Tahun 2023 ini kami masih melakukan pemetaan terhadap Desa-Desa yang memiliki Potensi angka stuntingnya tinggi untuk diberikan bantuan khusus untuk pemanfaatan lahan-lahan pekarangan rumah dalam rangka memenuhi ketahanan pangan keluarga” Pungkasnya
Sementara itu, Sekda Kolaka Timur Muh. Andi Iqbal Tongasa yang di konfirmasi melalui via whatsup mengatakan bahwa, ia berharap tahun 2023 angka stunting di Kolaka Timur dapat lebih rendah lagi
Terkait dengan naiknya angka stunting sebesar 0,7 persen versi hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, Pria yang biasa disapa Iqbal ini menyampaikan dalam waktu dekat, pihaknya akan menggelar rapat khusus dengan tim percepatan penurunan stunting (TPPS) terkait apa yang menjadi kendala dilapangan
Laporan : Helni Setyawan