Mengenang 28 Oktober 1928

Mengenang 28 Oktober 1928
Mengenang 28 Oktober 1928
                                       📷Foto : Arafik A.Arahman

Oleh :Arafik .A.Arahman
Saya mengawali dengan dua frasa yang sangat melegenda dan monumental yang disampaikan oleh Bung Karno dalam rekaman sejarah; "Ikrarkanlah sumpah pemuda dengan hati dan anggota badan yang akan menjadi bukti dan raihlah kemerdekaan Indonesia yang sejati" dan "Berilah aku 10 pemuda , niscaya akan ku guncang dunia".
Kedua frasa tersebut sebetulnya, Bung Karno tak sekedar memotivasi generasi muda pada masanya saja. Ia dengan sengaja telah menitipkan pesan sakral bagi generasi selanjutnya untuk selamanya. He afraid, if tomorrow no one else, remember thos moments. Hanya karena ia takut dimasa depan tak ada lagi pemuda yang memahami sejarah heroik itu, bahwa betapa pentingnya pemuda dalam setiap perjuangannya. Taukah anda apa yang pernah di dengungkan Bung Karno, bahwa perjuangan ku lebih mudah karena melawan penjajah, sedang perjuangan kalian lebih sulit karena melawan bangsa mu sendiri. Argumentasinya telah terbukti bahwa hari ini kita tidak lagi berhadap-hadapan dengan kaum kolonial tetapi kita berhadap-hadapan dengan teman-teman kita sendiri, yang sebangsa dan setanah air. Sebab, saat ini entah anda setuju atau tidak. Menurut saya banyak dari kita telah lupa akan pesan sakti dari momentum sumpah pemuda 28 Oktober itu sendiri. Terlepas dari itu, banyak pemuda juga telah terseret dalam rayuan oligarki. Ini adalah langkah mundur jika kita bercermin dari jejak sejarah Indonesia. Karena itu, kita mesti membaca dan mereduksi kembali beberapa peristiwa perjuangan pemuda di masa lalu. Bahwa etape perjuangan pemuda Indonesia, semuanya telah terekam jejaknya. Berawal tahun 1908 yang dikenal dengan periodik Kebangkitan Nasional, lalu pada tanggal 28 Oktober 1928 dikenal dengan momentum lahirnya sumpah pemuda. Peristiwa ini merupakan pengakuan atas 3 ikrar, yaitu; satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Dari momen tersebut, membentuk daya juang pemuda yang gigih untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Dan Alhamdulillah berjalannya waktu, tepat pada tanggal, 17 Agustus 1945 tiba saatnya kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Sebagai tanda bahwa kita telah terlepas dari belenggu penindasan oleh kolonialisme dan imperialisme. Dalam mengawal, mengontrol dan mengisi kemerdekaan, gerakan pemuda tak henti-hentinya digelorakan. Pada tahun 1966 sebuah gerakan besar kembali disajikan yang dikenal dengan aksi Tritura 1966-1967. Kemudian pada tahun 1998 pemuda kembali meruntuhkan rezim Orde Baru yang membuka era baru dengan jargon "Reformasi". Tentu, perhelatan peran strategis pemuda terus tersaji hingga saat ini, seperti aksi penolakan UU Omnibuslaw, tolak kenaikan BBM, dan sebagainya. Namun ada cermin yang memajang produk gerakan pemuda yang terlihat Gatot atau gagal total. Padahal secara serentak pemuda bergerak dari Sabang sampai Merauke namun Omnibuslaw dan kenaikan BBM tetaplah tersenyum di panggung kekuasaan. Apa yang salah dengan gerakan pemuda saat ini? Apakah masanya tak sebanyak dan tak se-militan aksi 1966 dan 1998? Bukan soal masa aksi yang sedikit tetapi ini soal integritas perjuangan. Sebab gerakan pemuda selalu saja bergelombang dasyat dari masa ke masa. Hanya saja banyak dari kita yang terseret dalam kepentingan oligarki. Begitulah hipotesa saya. Memang kita mempunyai banyak pemuda yang berintelektual, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik RI tahun 2021, mencatat bahwa jumlah mahasiswa di Indonesia sebanyak 8.956.184 naik 4,1 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 8.603.441 orang. Tetapi sebagian mungkin berasal dari kelas Borjuis yang berkuliah hanya untuk mencari label ijazah. Dan parahnya sebagian aktivis yang memilih bergabung dengan kelompok oligarki. Seperti kata Tan Malaka, "Bila pemuda yang tinggi pendidikannya namun gengsi berada di tengah-tengah petani, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali". Juga oleh Pramoedya Ananta Toer, "Pemuda yang tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak, karena fungsi hidupnya hanya beternak diri". Ilustrasi pemuda yang biasanya terseret dalam tarikan kepentingan elit oligarki, anda tak perlu pergi jauh-jauh ke luar negeri untuk melihat fakta seperti itu. Tetapi anda cukup menelisik dinamika kekuasaan di provinsi Maluku Maluku secara detail, saya pastikan anda akan menemukan beberapa anak muda seperti itu. Dan juga anda akan melihat sedikit pemuda yang masih konsisten dengan integritas mereka, insyaallah. Karena itu, dengan momentum sumpah pemuda, 28 Oktober 2022 ini. Mari kita merestorasi kembali semangat pemuda, seperti pemuda Maluku Utara terdahulu Misalnya Sultan Khairun, Nuku, Baabulah, Banau, Iskandar Jabir dan lainnya. Untuk membangun Maluku Utara yang bermartabat di masa depan. Saya sengaja memotivasi generasi lewat tulisan ini, bahwa "Kalau Baabulah mengusir Portugis dimasa lalu, maka kita pasti bisa mengusir oligarki di masa kini". Selamat hari sumpah pemuda, 28 Oktober 1928- 28 Oktober 2022.
**ARAFIK A.ARAHMAN : Penulis Buku Jejak Morotai Perang Pasifik ,Pemekaran dan Pembangunan**