Disinyalir Utilitas Kabel Fiber Optik tidak memiliki izin atau Rekomtek Pemerintah

Disinyalir Utilitas Kabel Fiber Optik tidak memiliki izin atau Rekomtek Pemerintah
Disinyalir Utilitas Kabel Fiber Optik tidak memiliki izin atau Rekomtek Pemerintah
Tulang Bawang Barat, Lampung l l Disinyalir Pembangunan dan atau Penempatan Jaringan Utilitas Kabel Fiber Optik tidak memiliki izin atau Rekomtek Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat, Masyarakat Protes Tuntut Ganti Rugi, Kamis 01 September 2022. Mengapa tidak, sebuah tantangan yang tidak dapat dipungkiri perkembangan teknologi informasi dalam bentuk jaringan internet berkembang dengan pesat. Namun Sangat disayangkan perusahaan jaringan internet tersebut disinyalir tidak mengantongi Rekomtek dari pemerintah Daerah Kabupaten Tubaba. Rihmi selaku Kabid Tata Ruang Dinas PUPR Tubaba mengatakan (30/08/2022) sejauh ini hanya PT. Iforte Solusi Infotech, yang telah menyelesaikan legalitas terkait Rekomtek. "Terkait legalitas atau Rekomtek dari Dinas PUPR Tubaba sejauh ini hanya PT. Iforte Solusi Infotech yang telah menyelesaikan legalitas terkait Rekomtek, dan lokasi nya di Kecamatan Tulang Bawang Tengah,Tuba-Udik dan Way Kenanga, selain itu belum ada," ungkapnya. Dalam hal ini Rihmi juga menegaskan untuk perusahaan jaringan internet diharapkan segera mengurus Rekomtek agar sesuai aturan. "Saya berharap untuk perusahaan yang akan melakukan pekerjaan pembangunan atau penempatan bangunan dan jaringan utilitas kabel fiber optik segera mengurus Rekomtek agar sesuai aturan," harapnya. Dilain sisi sejumlah masyarakat protes melalui beberapa Kepala Desa yang ada di Kecamatan Gunung Agung yakni Desa / Tiyuh Marga Jaya, Sumber Rezeki, Suka Jaya, Tunas Jaya dan Mulya Jaya, bagaimana tidak, 'menurut Santoso tak lain salah satu pemenang kuasa dari beberapa Tiyuh. "Pekerjaan Pembangunan dan Jaringan utilitas kabel fiber optik jangan maen tancap semaunya, memang benar mereka menancapkan tiang dekat dengan tiang listrik namun apakah tanah itu milik perusahaan sehingga sanya tampa kesepakatan para pihak maen tancap semaunya," cetusnya. Selain itu, 'Santoso juga menjelaskan seharusnya pihak perusahaan penyelenggara pembangunan jaringan utilitas kabel fiber optik tidak sembrono melaksanakan pekerjaan. "Proses pembangunannya harus transparan, adil dan tidak diskriminatif". "Untuk dipahami kami sebagai penerima kuasa tidak ada niat sedikit pun menghambat pekerjaan namun tolong perhatikan HAK DAN KEWAJIBAN," jelasnya. Dalam hal ini,Santoso 'menegaskan kepada pihak perusahaan ataupun penyelenggara segera menyelesaikan Hak dan Kewajiban. "Bukankah sudah jelas dalam UU Telekomunikasi Nomor 36 Tahun 1999. Hak dan Kewajiban Penyelenggara dan Masyarakat. Pasal 12 (1) Dalam rangka pembangunan, pengoperasian, dan atau pemeliharaan jaringan telekomunikasi, penyelenggara telekomunikasi dapat memanfaatkan atau melintasi tanah negara dan atau bangunan yang dimiliki atau dikuasai Pemerintah. (2) Pemanfaatan atau pelintasan tanah negara dan atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula terhadap sungai, danau, atau laut, baik permukaan maupun dasar. (3) Pembangunan, pengoperasian dan atau pemeliharaan jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari instansi pemerintah yang bertanggung jawab dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 Penyelenggara telekomunikasi dapat memanfaatkan atau melintasi tanah dan atau bangunan milik perseorangan untuk tujuan pembangunan, pengoperasian, atau pemeliharaan jaringan telekomunikasi setelah terdapat persetujuan di antara para pihak. "Yang dimaksud dengan perseorangan adalah orang seorang dan atau badan hukum yang secara langsung menguasai, memiliki dan atau menggunakan tanah dan atau bangunan yang dimanfaatkan atau dilintasi. Dalam rangka memberi perlindungan hukum terhadap hak milik perseorangan maka pemanfaatannya harus mendapat persetujuan para pihak". Pasal 15 (1) Atas kesalahan dan atau kelalaian penyelenggara telekomunikasi yang menimbulkan kerugian, maka pihak-pihak yang dirugikan berhak mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penyelenggara telekomunikasi. (2) Penyelenggara telekomunikasi wajib memberikan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali penyelenggara telekomunikasi dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan dan atau kelalaiannya. (3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan dan penyelesaian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah,"pungkasnya.