Metronusantaranews.com -- Harga minyak dunia anjlok setelah bergejolak seharian kemarin, Kamis (10/3). Penurunan harga didorong oleh janji Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memenuhi kewajiban kontrak mengirimkan pasokan minyak di tengah invasi militernya ke Ukraina.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei dipatok menjadi US$109,33 per barel atau turun 1,6 persen. Di awal sesi perdagangan, Brent sempat melompat 6,5 persen.
Kemudian, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April anjlok 2,5 persen menjadi US$106,02 per barel.
Sejak invasi militer Rusia ke Ukraina, pasar minyak memang menjadi yang paling bergejolak. Harga minyak mentah Brent sempat tembus US$139 per barel, level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Tetapi, harga kembali menyusut, bahkan membukukan penurunan harian terbesar sejak April 2020.
"Saya pikir beberapa kegelisahan perang (Rusia-Ukraina) akan keluar dari pasar. Orang-orang mulai bertanya apakah ada terlalu banyak masalah pasokan?" tutur Mitra di Again Capital New York John Kilduff.
Presiden Rusia Vladimir Putin menjawab dengan menegaskan akan terus memenuhi kewajiban kontraknya terhadap pasokan minyak. Ini merupakan kabar baik, mengingat Rusia merupakan produsen energi utama yang memasok sepertiga gas Eropa dan 7 persen pasokan minyak global.
Masalahnya, minyak mentah Rusia sedang dijauhi, sejalan dengan sanksi yang diberikan AS dan negara-negara barat atas invasi militer ke Ukraina. Selain itu, banyak pelaku pasar yang tidak yakin dan masih mempertanyakan dari mana pasokan pengganti akan datang.
Sejak invasi militer Rusia ke Ukraina, pasar minyak memang menjadi yang paling bergejolak. Harga minyak mentah Brent sempat tembus US$139 per barel, level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Tetapi, harga kembali menyusut, bahkan membukukan penurunan harian terbesar sejak April 2020.
"Saya pikir beberapa kegelisahan perang (Rusia-Ukraina) akan keluar dari pasar. Orang-orang mulai bertanya apakah ada terlalu banyak masalah pasokan?" tutur Mitra di Again Capital New York John Kilduff.
Presiden Rusia Vladimir Putin menjawab dengan menegaskan akan terus memenuhi kewajiban kontraknya terhadap pasokan minyak. Ini merupakan kabar baik, mengingat Rusia merupakan produsen energi utama yang memasok sepertiga gas Eropa dan 7 persen pasokan minyak global.
Masalahnya, minyak mentah Rusia sedang dijauhi, sejalan dengan sanksi yang diberikan AS dan negara-negara barat atas invasi militer ke Ukraina. Selain itu, banyak pelaku pasar yang tidak yakin dan masih mempertanyakan dari mana pasokan pengganti akan datang. (Robita)