BSIP Sultra Gelar Sosialisasi Business Plan Untuk Korporasi Petani di Kolaka Timur
Metronusantaranews.com, Kolaka Timur || Badan standarisasi Instrumen Pertanian atau BSIP Sultra menggelar sosialisasi Bisnis Korporasi Petani (Business Plan) di Kawasan Integrated Livestock and Crop Area (ILCARE) Sulawesi Tenggara di Kolaka Timur
Acara yang berlangsung di Baros Farm, Desa Tawainalu, Tirawuta ini di buka oleh Bupati Kolaka Timur yang diwakilkan Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik Ir.Muhammad Aras, M.Si, dengan tujuan memberikan pemahaman dan dukungan kepada para petani dalam mengembangkan usaha pertanian
Dalam sosialisasi tersebut, turut dihadiri sejumlah OPD terkait, sejumlah Camat dan Desa, Direktur ICARE Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Project Management Unit (PMU) ICARE, penyuluh dan sejumlah Poktan serta pengurus Koperasi LEM Sejahtera
Mengawali sambutannya, Bupati Kolaka Timur yang diwakilkan Staf Ahli Bupati Ir.Muhammad Aras, M.Si, menjelaskan bahwa pembangunan pertanian merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat tani dan kebun, yang dicapai melalui inovasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga kerja, pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, serta penataan dan pengembangan kelembagaan pertanian dan perkebunan.
Kata pria yang biasa disapa Aras ini bahwa sumber daya manusia bersama-sama dengan sumber daya alam, teknologi dan kelembagaan merupakan faktor utama yang secara sinergis menggerakkan pembangunan pertanian untuk mencapai peningkatan produksi pertanian, peningkatan produksi non pertanian dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadikan sektor pertanian dan perkebunan sebagai sektor utama dalam menunjang perekonomian, sebab sektor pertanian dan perkebunan telah memberikan sumbangsih baik produk domestik regional bruto atau PDRB tahun 2022 yang tercatat mencapai 58,11 persen” jelasnya
Lebih lanjut, mayoritas penduduk Kolaka Timur bekerja pada sektor pertanian tentunya tidaklah heran dan hal ini tentu saja erat kaitannya dengan lapangan kerja penduduk yang dominan khususnya subsektor perkebunan, sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja untuk menanam, memelihara, memanen, memetik, dan menjemur hasil pertanian.
“Struktur ekonomi Kolaka Timur sebagian besar didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yakni mencapai 42% persen atau hampir mencapai setengah dari nilai tambah yang ada di Kolaka Timur” ucap Aras
“Kakao menjadi komoditi perkebunan yang dominan dihasilkan di Sulawesi Tenggara. Tahun 2022 produksi kakao sebesar 104.649,07 ton, dari luas tanam 227.028,70 hektar” lanjutnya
Selain kakao kata dia, terdapat tanaman kelapa dan jambu mete yang produksinya juga tergolong besar, masing-masing sebesar 45.009,62 ton dan 36.284,96 ton pada tahun 2022. Untuk wilayah Kolaka Timur pada tahun 2022 produksi kakao sebesar 15.464,83 ton, dari luas tanam 56.859,43 Ha.
Selain itu, melalui program strategis dari Kementerian Pertanian yaitu Program ICARE (Integrated Corporation of Agricultural Resources Empowerment) diharapkan mampu mengakomodir peningkatan produksi kakao di Kabupaten Kolaka Timur.
ICARE ini sendiri adalah program Kementerian Pertanian yang bekerjasama dengan Bank Dunia yang bertujuan untuk mendukung pengelolaan kawasan dan rantai nilai komoditas pertanian secara berkelanjutan dan inklusif di lokasi-lokasi terpilih.
“Pengelolaan kawasan dan rantai nilai komoditas pertanian yang berkelanjutan mengandung arti dukungan terhadap aspek lingkungan, sosial dan ekonomi” ujarnya
Menurutnya, Inklusivitas mengandung pengertian keterlibatan integratif petani (smallholder) dan usaha agribisnis berskala mikro, kecil dan menengah dalam pengelolaan rantai nilai komoditas pertanian, serta menjamin keterlibatan petani wanita dan petani muda dalam implementasi program ICARE.
Ia juga menjelaskan bahwa ICARE merupakan Program yang diusulkan sebagai implementasi prioritas pembangunan sektor pertanian yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu peningkatan ketahanan pangan dan nilai tambah produk pertanian.
Secara khusus ucap Aras, Program ICARE juga dirancang untuk merespon amanat Presiden Republik Indonesia, bahwa petani perlu keluar dari on farm menuju off farm dengan memberikan nilai tambah melalui pengolahan produk pertanian, dan mendorong pelaku usaha yang bergerak di sektor pertanian (termasuk petani) untuk berkolaborasi dengan pihak terkait lainnya dan membentuk korporasi.
“Dengan ICARE, saya berharap ekspor juga dapat tumbuh dari bawah. Artinya, membuka peluang ekspor bagi petani komoditas kakao dan peternak-peternak kita, sehingga meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak” harapnya
“Wujudkan UMKM yang naik kelas, gunakan Koperasi untuk meningkatkan skala usaha dan pengadaan sarana prasarana guna meningkatkan kualitas produksi di tingkat petani dan peternak” tutupnya
Laporan : Helni Setyawan